Rabu, 12 Oktober 2011

All About Green Building

Sebanarnya ini sih buat tugas mata kuliah sains bangunan,,,,
tapi aku share aja yah buat referensi temen-temen arsitektur.....



Green Building Yang Hemat dan Ramah Lingkungan

     Bangunan hijau dikembangkan pada tahun 1970-an sebagai respons terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat tentang lingkungan hidup. Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.
     Di dalam konsep green building yang selalu mencanangkan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dalam merencanakan dan mendirikan bangunan, maka dalam segi bahan material di konsep green building yaitu material yang bersifat re-newable ( material yang dapat diperbaharui). Namun bukan berarti keseluruhan material yang digunakan harus bersifat re-newable. Penggunaan beton bertulang dan baja masih dapat diperbolehkan, tetapi harus benar-benar direncanakan dengan se-efisien mungkin untuk mengurangi jumlah pemakaian material atau memakai perencanaan penggunaan material yang optimum.
     Istilah Green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan. Penggunaan sumber daya secara efisien selama perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran. Green building didesain untuk mereduksi dampak lingkungan melalui efisiensi dalam penggunaan energi, air, mereduksi limbah (buangan padat,gas, dan cairan), mengurangi polusi, dan mereduksi kerusakan lingkungan.
     Pada dekade terakhir ini, kesadaran global tentang lingkungan hidup, khususnya dalam bidang arsitektur, meningkat dengan tajam. Gerakan hijau berkembang pesat tidak hanya sekedar melindungi sumber daya alam, tetapi juga pada implementasinya dalam rangka efisiensi penggunaan energi dan meminimalisir kerusakan lingkungan. Perancangan arsitektur sedikit banyak telah berubah, merefleksikan sikap masyarakat yang makin peduli terhadap lingkungan hidup. Demikian pula ketersediaan produk ramah lingkungan yang makin mudah diperoleh di pasar.
     Secara umum dapat disampaikan bahwa menuju bangunan yang ramah lingkungan adalah mengukur dampak pada lingkungan luar dan membantu memperbaiki lingkungan dalam. Biasanya beberapa aspek yang diperiksa adalah antara lain: rancangan arsitektur bangunan, metodologi membangun, material bangunan, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air dan life cycle ecological living.
     Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produksi industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan.
     Desain rancangan bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.
Dalam mendesain green building hal-halyang harus diperhatikan adalah hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
     Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.
     Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.
     Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.
     Konstruksi yang berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi sebelumnya.
     Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan bangunan juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi selama masa hidup bangunan.

Material Green Building
     Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.
     Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.
     Kosen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang, bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis, dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising, lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi.
     Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
     Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
     Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus.
     Konsep green building juga memperhatikan mengenai penggunaan air. Banyak konsep desain rumah yang mengabaikan tentang penggunaan air. Sehingga, rumah-rumah mengandalkan penggunaan air tanah yang berasal dari sumur dangkal sehingga berakibat turunnya permukaan air tanah dan turunnya permukaan tanah. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penggunaan air yang terus menerus tanpa memikirkan keadaan lingkungan sekitar bisa menyebabkan kerusakan lingkungan yang permanen.
     Solusinya yaitu dengan membuat tandon air penadah hujan di bawah tanah atau membuat sumur resapan penadah air hujan. Sistem penadah hujan berfungsi ketika air turun di atas bangunan gedung yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga direncanakan air akan berkumpul pada satu tempat dan dialirkan menuju sumur resapan untuk menghindari terjadinya penurunan permukaan air tanah. 
     Untuk mengantisipasi krisis air bersih, kita harus mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge).
     Beberapa arsitek sudah mulai mengembangkan sistem pengolahan air limbah bersih yang mendaur ulang air buangan sehari-hari maupun air limbah yang dapat digunakan kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman, serta membuat sumur resapan air (1 x 1 x 2 meter) dan lubang biopori (10 sentimeter x 1 meter) sesuai kebutuhan.
     Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Panel sel surya diletakkan di atas atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap bangunan.

     Manfaat Green Building
A. Manfaat Lingkungan
     * meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem
* memperbaiki kualitas udara
* memperbaiki kualitas air
* mereduksi limbah
* konservasi sumber daya alam
B. Manfaat Ekonomi
* Mereduksi biaya operasional
* Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
* Meningkatkan produktivitas penghuni
* Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
p_5_5a_zu
C. Manfaat Sosial
* Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
* Meningkatkan kualitas estetika
* Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal
* Meningkatkan kualitas hidup keseluruhan
Konsep membangun rumah berwawasan lingkungan tidak selalu terlihat mewah, rumah minimalis ini dengan penataan taman yang bagus memberikan keleluasan bagi penghuni.
 





















Penemuan baru dalam konsep green building
     Salah satu penemuan terbaru yang ada di Hongkong dapat membantu mewujudkan tujuan konsep green building adalah batu jalan pembersih udara. Tidak seperti batu bata padat umumnya, batu bata jalan yang baru ini memiliki lapisan 5 mm titaniumdioksida. Dengan pancaran sinar matahari, lapisan ini berfungsi sebagai katalis untuk mengubah polusi seperti nitrooksida dari pembuangan gas kendaraan menjadi nitrat yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa batu bata pembersih udara ini dapat menghilangkan 20% polusi udara.
     Batu bata jalan pembersih udara bukan hanya efektif melindungi lingkungan, tetapi juga diproduksi dari bahan baku yang ramah lingkungan termasuk pecahan-pecahan kaca, debu dari hasil pembakaran arang, dan batu kerikil. Pecahan kaca diperoleh dari penghancuran botol gelas daur ulang dan pasir halus diperoleh dari sisa pembangunan, dengan demikian juga mengurangi sampah di lokasi setempat. Konsep berwawasan lingkungan ini telah menarik minat perusahaan besar dan sekarang mereka telah menerima botol gelas dari Coca-Cola.
http://kontaktuhan.org/news/news182/images/ga43-3.jpg     Ada juga kekhawatiran bahwa pelapis dioksida titanium akan memudar secara perlahan-lahan. Namun demikian, lapisan batu bata tersebut adalah suatu campuran dioksida titanium dan batu, yang bisa bertahan 10 hingga 20 tahun dengan daya tahan tekanan berat manusia maupun kendaraan. Batu bata tersebut merupakan barang anti licin dan tahan terhadap tekanan. Batu bta tersebut dibuta untuk bisa menahan berat 60 ton untuk yang dipinggiran jalan dan 90 ton untuk yang ditengah jalan.
Batu bata pembersih udara telah di aplikasikan dalam jalan trotoar di Hongkong.
 
    









Green Building Hemat Energi Sampai 50%
     Green Building terus digalakkan pembangunannya sebagai salah satu langkah antisipasi terhadap perubahan iklim global. Dengan konsep hemat energi yang tepat, konsumsi energi suatu gedung dapat diturunkan hingga 50%, dengan hanya menambah investasi sebesar 5% saat pembangunannya.
     Keberhasilan menekan konsumsi energi hingga 50% tersebut telah terbukti dalam pembangunan Green Building di Malaysia. Dengan iklim dan tipikal gedung yang sama, gedung hemat energi di Indonesia diperkirakan juga dapat menekan konsumsi energi dengan persentase yang sama.
     Green Building dibangun dengan perencanaan energi modern. Selain dari sisi desain yang dipertimbangkan untuk meminimalkan masuknya sinar matahari sehingga mengurangi penggunaan beban Air Conditioner (AC), pada atap gedung bisa dipasang panel surya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam gedung.
    
Tujuan Green Building
1.    Mengurangi dampak lingkungan yang semakin memburuk
2.    Efisiensi menggunakan energi, air, dan sumber daya yang berada di lingkungan sekitar
3.    Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas
4.    Mengurangi limbah, polusi, dan degradasi lingkungan
5.    Efisiensi penggunaan material bangunan
Desain Green Building
     Green architecture sebenarnya tidak mengacu ke satu jenis desain, tetapi lebih mengarah kepada desain dan proses penggunaan bangunan yang ramah lingkungan, sekaligus bisa menjaga kelestarian sumber daya alam dengan cara mengefisiensikan penggunaan listrik maupun air selama bangunan tersebut digunakan.
     Tujuan utama dari green building ini adalah mengurangi dampak negatif sebuah bangunan terhadap lingkungan dan kesehatan penghuninya. Yang menjadi ciri dari sebuah green building di antaranya adalah lebih banyak ruang terbuka untuk tanaman sehingga perbandingan antara bangunan dan ruang terbuka lebih harmonis.

Ciri-ciri konsep green building
1.      Rumah memiliki banyak bukaan seperti jendela-jendela yang besar dan tinggi. Dengan banyak bukaan, rumah akan lebih banyak mengadopsi udara dan cahaya alami sekaligus mengurangi penggunaan energi listrik pada siang hari.
2.      Bangunan-bangunannya lebih tinggi, yakni plafon yang dibuat lebih dari tiga meter. Desain seperti ini tidak hanya membuat rumah menjadi hemat energi, tapi juga memberi kesan mewah dan megah, yang biasanya diterapkan di ruang bersama seperti ruang keluarga dan ruang tamu.
3.      Biasanya konsep seperti ini kerap memanfaatkan banyak lansekap, seperti taman di area depan maupun belakang rumah.
     Jika konsep tadi sulit unutk diaplikasikan, bisa juga dengan memanfaatkan cahaya alami dan meminimalkan ketergantungan pada teknologi. Cara yang paling praktis adalah mengurangi penggunaan AC, mengurangi penggunaan lampu pada siang hari, dan mengubah gaya hidup yang lebih mendekatkan dengan alam.
    
Prinsip-prinsip green building
1.        Penghematan sumber daya alam
            Memperhatikan aspek pengurangan, pemakaian kembali dan pemakaian ulang berbagai bahan alam yang digunakan pada bangunan. Beberapa masalah utama yang diperhatikan disini meliputi antara lain masalah penghematan penggunaan energi, konservasi air dan penggunaan material bangunan. Dengan melakukan penghematan ini arsitek akan mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan baik pada masa pembangunan  maupun selama bangunan berfungsi dengan baik.
2.      Daur hidup
Metodologi untuk menganalisa proses membangun dan dampaknya terhadap lingkungan. Proses membangun yang dimaksud meliputi seluruh tahapan sejak tahap sebelum membangun, selama membangun sampai bangunan difungsikan. Model konvensional dari sebuah daur hidup bangunan adalah design – construction – operation – demolition. Pada prinsip ini dimasukkan pendekatan yang mengenali adanya dampak terhadap lingkungan pada setiap proses dalam model daur hidup itu. Pendekatan ini pada dasarnya adalah untuk mengurangi dampak negatif dan menambah umur hidup material bangunan. Sebuah material bangunan yang habis masa pakainya akan dapat berubah bentuk sebagai material baru, dan dengan demikian akan selalu dapat dipakai ulang.
3.      Rancangan yang manusiawi
Prinsip yang fokus terhadap interaksi antara manusia dengan lingkungan. Prinsip ini berkaitan dengan adaptasi rancangan terhadap kondisi alam, urban design dan perencanaan tapak, serta tingkat kenyamanan bangunan yang akan dicapai. Dua prinsip pertama berkaitan dengan hal efisiensi dan konservasi, sementara prinsip yang ketiga ini berkaitan dengan keharmonisan hidup semua konstituen ekosistem: elemen non organik, organisme hidup dan manusia. Prinsip ini tampaknya tumbuh dari filosofi pemikiran untuk menghargai keberadaan seluruh benda dan mahluk hidup di muka bumi.
     Akhirnya, untuk dapat merancang bangunan yang ramah lingkungan, arsitek harus belajar tentang masalah lingkungan hidup. Pendidikan arsitektur harus dapat menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dan etika lingkungan, serta mengembangkan keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan.
    
Elemen-elemen green building
1.      Material
Material dapat diperoleh dari alam, renewable sources yang telah dikelola dan dipanen secara berkelanjutan, atau yang diperoleh secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi atau diselamatkan dari bahan reklamasi di lokasi terdekat. Material yang dipakai menggunakan green specifications yang termasuk dalam daftar Life Cycle Analysis (LCA) seperti energi yang dihasilkan, daya tahan material,  minimalisasi limbah, dan dapat untuk digunakan kembali atau didaur ulang.
2.      Energi
Perencanaan dalam pengaturan sirkulasi udara yang optimal untuk menurangi penggunaan  AC.  Mengoptimalkan cahaya matahari sebagai penerangan di siang hari. Green building juga menggunakan tenaga surya dan turbin angin sebagai penghasil listrik alternatif.
3.      Air
Mengurangi penggunaan air dan menggunakan STP (siwage treatment plant) untuk mendaur ulang air dari limbah rumah tangga sehingga bsa digunakan kembali untuk tanki toilet, penyiram tanaman, dan mencuci mobil. Menggunakan peralatan hemat air, seperti shower bertekanan rendah , kran otomatis, tanki toilet yang low-flush toilet. Yang intinya mengatur penggunaan air dalam bangunan sehemat mungkin.
4.      Faktor kesehatan
Menggunakan material dan produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan mengurangi tingkat asma, dan alergi. Material yang bebas emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan spora dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan untuk bernapas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar